Tata Surya
Tata
Surya adalah kumpulan benda
langit yang terdiri atas sebuah bintang
yang disebut Matahari dan semua objek yang
terikat oleh gaya gravitasinya.
Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah diketahui dengan orbit berbentuk elips, lima planet kerdil/katai, 173 satelit alami yang telah
diidentifikasi[b], dan jutaan benda langit
(meteor, asteroid, komet) lainnya.
Tata
Surya terbagi menjadi Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk asteroid, empat planet bagian luar, dan di bagian
terluar adalah Sabuk Kuiper dan piringan tersebar. Awan Oort diperkirakan terletak di
daerah terjauh yang berjarak
sekitar seribu kali di luar bagian yang terluar.
Berdasarkan
jaraknya dari Matahari, kedelapan planet Tata Surya ialah Merkurius (57,9 juta km), Venus (108 juta km),
Bumi (150 juta km), Mars (228 juta km), Yupiter (779 juta km), Saturnus (1.430 juta km), Uranus (2.880 juta km), dan Neptunus (4.500 juta km). Sejak
pertengahan 2008, ada lima objek angkasa yang diklasifikasikan
sebagai planet
kerdil. Orbit planet-planet kerdil, kecuali Ceres, berada lebih jauh
dari Neptunus. Kelima planet kerdil tersebut ialah Ceres (415 juta km. di sabuk asteroid; dulunya
diklasifikasikan sebagai planet kelima), Pluto (5.906 juta km.; dulunya diklasifikasikan sebagai
planet kesembilan), Haumea (6.450 juta km), Makemake (6.850 juta km), dan Eris (10.100 juta km).
Enam
dari kedelapan planet dan tiga dari kelima planet kerdil itu dikelilingi oleh satelit alami. Masing-masing
planet bagian luar dikelilingi oleh cincin planet yang terdiri dari
debu dan partikel lain.
Asal usul
Banyak hipotesis tentang asal usul
Tata Surya telah dikemukakan para ahli, beberapa di antaranya adalah:
Pierre-Simon Laplace, pendukung
Hipotesis Nebula
Gerard Kuiper, pendukung Hipotesis
Kondensasi
Hipotesis Nebula
Hipotesis nebula pertama kali
dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1688-1772)[1]
tahun 1734
dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada
tahun 1775.
Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace[2]
secara independen pada tahun 1796. Hipotesis ini, yang lebih dikenal dengan
Hipotesis Nebula Kant-Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya
masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang
disebut nebula,
dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen.
Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar
dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya menjadi bintang raksasa
(matahari). Matahari raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat, dan
cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling Matahari. Akibat gaya gravitasi,
gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet
dalam dan planet luar. Laplace
berpendapat bahwa orbit berbentuk hampir melingkar dari planet-planet merupakan
konsekuensi dari pembentukan mereka.[3]
Hipotesis Planetisimal
Hipotesis planetisimal pertama kali
dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest
R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Tata
Surya kita terbentuk akibat adanya bintang lain yang lewat cukup dekat dengan
Matahari, pada masa awal pembentukan Matahari. Kedekatan tersebut menyebabkan
terjadinya tonjolan pada permukaan Matahari, dan bersama proses internal
Matahari, menarik materi berulang kali dari Matahari. Efek gravitasi bintang
mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral yang memanjang dari Matahari.
Sementara sebagian besar materi tertarik kembali, sebagian lain akan tetap di
orbit, mendingin dan memadat, dan menjadi benda-benda berukuran kecil yang
mereka sebut planetisimal dan beberapa yang
besar sebagai protoplanet. Objek-objek
tersebut bertabrakan dari waktu ke waktu dan membentuk planet dan bulan,
sementara sisa-sisa materi lainnya menjadi komet dan asteroid.
Hipotesis Pasang Surut Bintang
Hipotesis pasang surut bintang
pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet
dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada Matahari. Keadaan
yang hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari
Matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang
surut bersama mereka, yang kemudian terkondensasi menjadi planet.[3]
Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929
membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi.[3]
Demikian pula astronom Henry Norris Russell
mengemukakan keberatannya atas hipotesis tersebut.[4]
Hipotesis Kondensasi
Hipotesis kondensasi mulanya
dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P.
Kuiper (1905-1973) pada
tahun 1950.
Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya terbentuk dari bola kabut
raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
Hipotesis Bintang Kembar
Hipotesis bintang kembar awalnya
dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada
tahun 1956.
Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua bintang yang
hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan
serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang
tidak meledak dan mulai mengelilinginya.
Sejarah
penemuan
Lima planet
terdekat ke Matahari selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter
dan Saturnus)
telah dikenal sejak zaman dahulu karena mereka semua bisa dilihat dengan mata telanjang.
Banyak bangsa di dunia ini memiliki nama sendiri untuk masing-masing planet.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi pengamatan pada lima abad lalu membawa manusia untuk memahami
benda-benda langit terbebas dari selubung mitologi. Galileo
Galilei (1564-1642) dengan teleskop
refraktornya mampu menjadikan mata manusia "lebih tajam" dalam
mengamati benda langit yang tidak bisa diamati melalui mata telanjang.
Karena teleskop Galileo bisa
mengamati lebih tajam, ia bisa melihat berbagai perubahan bentuk penampakan Venus,
seperti Venus Sabit atau Venus Purnama sebagai akibat perubahan posisi Venus
terhadap Matahari. Penalaran Venus mengitari Matahari makin memperkuat teori heliosentris,
yaitu bahwa Matahari adalah pusat alam semesta, bukan Bumi, yang sebelumnya
digagas oleh Nicolaus Copernicus
(1473-1543). Susunan heliosentris adalah Matahari dikelilingi oleh Merkurius
hingga Saturnus.
Model heliosentris dalam manuskrip Copernicus.
Teleskop Galileo terus disempurnakan
oleh ilmuwan lain seperti Christian
Huygens (1629-1695) yang menemukan Titan,
satelit Saturnus, yang berada hampir 2 kali jarak orbit Bumi-Yupiter.
Perkembangan teleskop juga diimbangi
pula dengan perkembangan perhitungan gerak benda-benda langit dan hubungan satu
dengan yang lain melalui Johannes Kepler (1571-1630)
dengan Hukum
Kepler. Dan puncaknya, Sir
Isaac Newton (1642-1727) dengan hukum
gravitasi. Dengan dua teori perhitungan inilah yang memungkinkan
pencarian dan perhitungan benda-benda langit selanjutnya
Pada 1781, William
Herschel (1738-1822) menemukan Uranus.
Perhitungan cermat orbit Uranus menyimpulkan bahwa planet ini ada yang
mengganggu. Neptunus
ditemukan pada Agustus 1846.
Penemuan Neptunus ternyata tidak cukup menjelaskan gangguan orbit Uranus. Pluto kemudian
ditemukan pada 1930.
Pada saat Pluto ditemukan, ia hanya
diketahui sebagai satu-satunya objek angkasa yang berada setelah Neptunus.
Kemudian pada 1978, Charon, satelit yang
mengelilingi Pluto ditemukan, sebelumnya sempat dikira sebagai planet yang
sebenarnya karena ukurannya tidak berbeda jauh dengan Pluto.
Para astronom kemudian menemukan
sekitar 1.000 objek kecil lainnya yang letaknya melampaui Neptunus (disebut objek trans-Neptunus), yang
juga mengelilingi Matahari. Di sana mungkin ada sekitar 100.000 objek serupa
yang dikenal sebagai Objek Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper
adalah bagian dari objek-objek trans-Neptunus). Belasan benda langit termasuk
dalam Objek Sabuk Kuiper di antaranya Quaoar
(1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000), Sedna
(1.800 km pada Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna,
dan 2003 EL61
(1.500 km pada Mei 2004).
Penemuan 2003 EL61 cukup
menghebohkan karena Objek Sabuk Kuiper ini diketahui juga memiliki satelit pada
Januari 2005 meskipun berukuran lebih kecil dari Pluto. Dan puncaknya adalah
penemuan UB
313 (2.700 km pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh
penemunya Xena.
Selain lebih besar dari Pluto, objek ini juga memiliki satelit.
Struktur
Perbanding relatif massa planet.
Yupiter adalah 71% dari total dan Saturnus 21%. Merkurius dan Mars, yang total
bersama hanya kurang dari 0.1% tidak nampak dalam diagram di atas.
Orbit-orbit Tata Surya dengan skala
yang sesungguhnya
Illustrasi skala
Komponen utama sistem Tata Surya
adalah matahari,
sebuah bintang
deret
utama kelas G2 yang mengandung 99,86 persen massa dari sistem dan
mendominasi seluruh dengan gaya gravitasinya.[5]
Yupiter
dan Saturnus,
dua komponen terbesar yang mengedari Matahari, mencakup kira-kira 90 persen
massa selebihnya.[c]
Hampir semua objek-objek besar yang
mengorbit Matahari terletak pada bidang edaran bumi, yang
umumnya dinamai ekliptika. Semua planet
terletak sangat dekat pada ekliptika, sementara komet dan objek-objek sabuk
Kuiper biasanya memiliki beda sudut yang sangat besar dibandingkan ekliptika.
Planet-planet dan objek-objek Tata
Surya juga mengorbit mengelilingi Matahari berlawanan dengan arah jarum jam jika
dilihat dari atas kutub utara Matahari, terkecuali Komet
Halley.
Hukum
Gerakan Planet Kepler menjabarkan bahwa orbit dari objek-objek Tata
Surya sekeliling Matahari bergerak mengikuti bentuk elips dengan Matahari
sebagai salah satu titik fokusnya. Objek yang berjarak lebih dekat dari
Matahari (sumbu semi-mayor-nya lebih kecil) memiliki tahun waktu yang lebih
pendek. Pada orbit elips, jarak antara objek dengan Matahari bervariasi
sepanjang tahun. Jarak terdekat antara objek dengan Matahari dinamai perihelion,
sedangkan jarak terjauh dari Matahari dinamai aphelion.
Semua objek Tata Surya bergerak tercepat di titik perihelion dan terlambat di
titik aphelion. Orbit planet-planet bisa dibilang hampir berbentuk lingkaran,
sedangkan komet, asteroid dan objek sabuk Kuiper kebanyakan orbitnya berbentuk elips.
Untuk mempermudah representasi,
kebanyakan diagram Tata Surya menunjukan jarak antara orbit yang sama antara satu
dengan lainnya. Pada kenyataannya, dengan beberapa perkecualian, semakin jauh
letak sebuah planet atau sabuk dari Matahari, semakin besar jarak antara objek
itu dengan jalur edaran orbit sebelumnya. Sebagai contoh, Venus
terletak sekitar sekitar 0,33 satuan
astronomi (SA) lebih dari Merkurius[d],
sedangkan Saturnus
adalah 4,3 SA dari Yupiter, dan Neptunus
terletak 10,5 SA dari Uranus. Beberapa upaya telah dicoba untuk menentukan
korelasi jarak antar orbit ini (hukum Titus-Bode),
tetapi sejauh ini tidak satu teori pun telah diterima.
Hampir semua planet-planet di Tata
Surya juga memiliki sistem sekunder. Kebanyakan adalah benda pengorbit alami
yang disebut satelit. Beberapa benda ini memiliki ukuran lebih besar dari
planet. Hampir semua satelit alami yang paling
besar terletak di orbit sinkron, dengan satu sisi satelit berpaling ke arah
planet induknya secara permanen. Empat planet terbesar juga memliki cincin yang
berisi partikel-partikel kecil yang mengorbit secara serempak.
Terminologi
Secara informal, Tata Surya dapat
dibagi menjadi tiga daerah. Tata Surya bagian dalam mencakup empat planet
kebumian dan sabuk asteroid utama. Pada
daerah yang lebih jauh, Tata Surya bagian luar, terdapat empat gas planet
raksasa.[6]
Sejak ditemukannya Sabuk Kuiper, bagian terluar
Tata Surya dianggap wilayah berbeda tersendiri yang meliputi semua objek
melampaui Neptunus.[7]
Secara dinamis dan fisik, objek yang
mengorbit matahari
dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan: planet, planet
kerdil, dan benda kecil Tata Surya. Planet
adalah sebuah badan yang mengedari Matahari dan mempunyai massa cukup besar
untuk membentuk bulatan diri dan telah membersihkan orbitnya dengan
menginkorporasikan semua objek-objek kecil di sekitarnya. Dengan definisi ini,
Tata Surya memiliki delapan planet: Merkurius,
Venus,
Bumi, Mars, Yupiter,
Saturnus,
dan Neptunus.
Pluto
telah dilepaskan status planetnya karena tidak dapat membersihkan orbitnya dari
objek-objek Sabuk Kuiper.[8]
Planet kerdil adalah benda angkasa
bukan satelit yang mengelilingi Matahari, mempunyai massa yang cukup untuk bisa
membentuk bulatan diri tetapi belum dapat membersihkan daerah sekitarnya.[8]
Menurut definisi ini, Tata Surya memiliki lima buah planet kerdil: Ceres, Pluto, Haumea, Makemake,
dan Eris.[9]
Objek lain yang mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil adalah: Sedna, Orcus, dan Quaoar.
Planet kerdil yang memiliki orbit di daerah trans-Neptunus biasanya disebut
"plutoid".[10]
Sisa objek-objek lain berikutnya yang mengitari Matahari adalah benda kecil
Tata Surya.[8]
Ilmuwan ahli planet menggunakan
istilah gas, es, dan batu untuk mendeskripsi kelas zat yang terdapat di dalam
Tata Surya. Batu digunakan untuk menamai bahan bertitik lebur tinggi
(lebih besar dari 500 K), sebagai contoh silikat.
Bahan batuan ini sangat umum terdapat di Tata Surya bagian dalam, merupakan
komponen pembentuk utama hampir semua planet kebumian dan asteroid. Gas adalah
bahan-bahan bertitik lebur rendah seperti atom hidrogen, helium, dan gas mulia,
bahan-bahan ini mendominasi wilayah tengah Tata Surya, yang didominasi oleh
Yupiter dan Saturnus. Sedangkan es, seperti air, metana, amonia dan karbon
dioksida,[11]
memiliki titik lebur sekitar ratusan derajat kelvin. Bahan ini merupakan
komponen utama dari sebagian besar satelit planet raksasa. Ia juga merupakan
komponen utama Uranus
dan Neptunus
(yang sering disebut "es raksasa"), serta berbagai benda kecil yang
terletak di dekat orbit Neptunus.[12]
Istilah volatiles mencakup
semua bahan bertitik didih rendah (kurang dari ratusan kelvin), yang termasuk
gas dan es; tergantung pada suhunya, 'volatiles' dapat ditemukan sebagai es,
cairan, atau gas di berbagai bagian Tata Surya.
Zona
planet
Zona Tata Surya yang meliputi,
planet bagian dalam, sabuk asteroid, planet bagian luar, dan sabuk
Kuiper. (Gambar tidak sesuai skala)
Di zona planet dalam, Matahari
adalah pusat Tata Surya dan letaknya paling dekat dengan planet Merkurius
(jarak dari Matahari 57,9 × 106 km, atau 0,39 SA),
Venus
(108,2 × 106 km, 0,72 SA), Bumi
(149,6 × 106 km, 1 SA) dan Mars (227,9 × 106 km,
1,52 SA). Ukuran diameternya antara 4.878 km dan 12.756 km,
dengan massa jenis antara 3,95 g/cm3 dan 5,52 g/cm3.
Antara Mars dan Yupiter
terdapat daerah yang disebut sabuk
asteroid, kumpulan batuan metal dan mineral. Kebanyakan
asteroid-asteroid ini hanya berdiameter beberapa kilometer (lihat: Daftar asteroid),
dan beberapa memiliki diameter 100 km atau lebih. Ceres,
bagian dari kumpulan asteroid ini, berukuran sekitar 960 km dan
dikategorikan sebagai planet kerdil. Orbit
asteroid-asteroid ini sangat eliptis, bahkan beberapa menyimpangi Merkurius
(Icarus)
dan Uranus
(Chiron).
Pada zona planet luar, terdapat
planet gas raksasa Yupiter (778,3 × 106 km,
5,2 SA), Uranus
(2,875 × 109 km, 19,2 SA) dan Neptunus
(4,504 × 109 km, 30,1 SA) dengan massa jenis
antara 0,7 g/cm3 dan 1,66 g/cm3.
Jarak rata-rata antara planet-planet
dengan Matahari bisa diperkirakan dengan menggunakan baris matematis
Titus-Bode. Regularitas jarak antara jalur edaran orbit-orbit ini
kemungkinan merupakan efek resonansi sisa dari awal terbentuknya Tata Surya.
Anehnya, planet Neptunus
tidak muncul di baris matematis Titus-Bode, yang membuat para pengamat
berspekulasi bahwa Neptunus merupakan hasil tabrakan kosmis.
Matahari

Matahari dilihat dari spektrum
sinar-X
Matahari
adalah bintang induk Tata Surya dan merupakan komponen utama sistem Tata Surya
ini. Bintang
ini berukuran 332.830 massa bumi. Massa yang besar ini menyebabkan kepadatan inti
yang cukup besar untuk bisa mendukung kesinambungan fusi
nuklir dan menyemburkan sejumlah energi yang dahsyat. Kebanyakan
energi ini dipancarkan ke luar angkasa dalam bentuk radiasi eletromagnetik,
termasuk spektrum optik.
Matahari dikategorikan ke dalam
bintang kerdil kuning (tipe G V) yang berukuran tengahan, tetapi nama ini bisa
menyebabkan kesalahpahaman, karena dibandingkan dengan bintang-bintang yang ada
di dalam galaksi Bima Sakti, Matahari termasuk cukup besar dan cemerlang.
Bintang diklasifikasikan dengan diagram Hertzsprung-Russell,
yaitu sebuah grafik yang menggambarkan hubungan nilai luminositas
sebuah bintang terhadap suhu permukaannya. Secara umum, bintang yang lebih
panas akan lebih cemerlang. Bintang-bintang yang mengikuti pola ini dikatakan
terletak pada deret utama, dan Matahari
letaknya persis di tengah deret ini. Akan tetapi, bintang-bintang yang lebih
cemerlang dan lebih panas dari Matahari adalah langka, sedangkan
bintang-bintang yang lebih redup dan dingin adalah umum.[13]
Dipercayai bahwa posisi Matahari
pada deret utama secara umum merupakan "puncak hidup" dari sebuah
bintang, karena belum habisnya hidrogen yang tersimpan untuk fusi nuklir. Saat
ini Matahari tumbuh semakin cemerlang. Pada awal kehidupannya, tingkat
kecemerlangannya adalah sekitar 70 persen dari kecermelangan sekarang.[14]
Matahari secara metalisitas
dikategorikan sebagai bintang "populasi I". Bintang kategori ini
terbentuk lebih akhir pada tingkat evolusi alam
semesta, sehingga mengandung lebih banyak unsur yang lebih berat
daripada hidrogen dan helium ("metal" dalam sebutan astronomi)
dibandingkan dengan bintang "populasi II".[15]
Unsur-unsur yang lebih berat daripada hidrogen
dan helium
terbentuk di dalam inti bintang purba yang kemudian meledak. Bintang-bintang
generasi pertama perlu punah terlebih dahulu sebelum alam semesta dapat
dipenuhi oleh unsur-unsur yang lebih berat ini.
Bintang-bintang tertua mengandung
sangat sedikit metal, sedangkan bintang baru mempunyai kandungan metal yang
lebih tinggi. Tingkat metalitas yang tinggi ini diperkirakan mempunyai pengaruh
penting pada pembentukan sistem Tata Surya, karena terbentuknya planet adalah
hasil penggumpalan metal.[16]
Medium
antarplanet
Lembar aliran
heliosfer, karena gerak rotasi magnetis Matahari terhadap medium
antarplanet.
Di samping cahaya, matahari
juga secara berkesinambungan memancarkan semburan partikel bermuatan (plasma) yang
dikenal sebagai angin surya. Semburan partikel
ini menyebar keluar kira-kira pada kecepatan 1,5 juta kilometer per jam,[17]
menciptakan atmosfer tipis (heliosfer) yang merambah Tata
Surya paling tidak sejauh 100 SA (lihat juga heliopause).
Kesemuanya ini disebut medium antarplanet.
Badai geomagnetis pada permukaan
Matahari, seperti semburan Matahari (solar
flares) dan lontaran massa korona (coronal
mass ejection) menyebabkan gangguan pada heliosfer, menciptakan cuaca ruang
angkasa.[18]
Struktur terbesar dari heliosfer dinamai lembar
aliran heliosfer (heliospheric current sheet), sebuah spiral
yang terjadi karena gerak rotasi magnetis Matahari terhadap medium antarplanet.[19][20]
Medan
magnet bumi mencegah atmosfer
bumi berinteraksi dengan angin surya. Venus dan Mars yang
tidak memiliki medan magnet, atmosfernya habis terkikis ke luar angkasa.[21]
Interaksi antara angin surya dan medan magnet bumi menyebabkan terjadinya aurora, yang
dapat dilihat dekat kutub magnetik bumi.
Heliosfer juga berperan melindungi
Tata Surya dari sinar kosmik yang berasal dari
luar Tata Surya. Medan magnet planet-planet menambah peran perlindungan
selanjutnya. Densitas sinar kosmik pada medium antarbintang dan
kekuatan medan magnet Matahari mengalami perubahan pada skala waktu yang sangat
panjang, sehingga derajat radiasi kosmis di dalam Tata Surya sendiri adalah bervariasi,
meski tidak diketahui seberapa besar.[22]
Medium antarplanet juga merupakan
tempat beradanya paling tidak dua daerah mirip piringan yang berisi debu kosmis.
Yang pertama, awan debu zodiak, terletak di Tata Surya bagian dalam dan
merupakan penyebab cahaya zodiak. Ini kemungkinan terbentuk dari tabrakan dalam
sabuk
asteroid yang disebabkan oleh interaksi dengan planet-planet.[23]
Daerah kedua membentang antara 10 SA sampai sekitar 40 SA, dan mungkin
disebabkan oleh tabrakan yang mirip tetapi tejadi di dalam Sabuk
Kuiper.[24][25]
Tata
Surya bagian dalam
Tata Surya bagian dalam adalah nama
umum yang mencakup planet kebumian dan asteroid.
Terutama terbuat dari silikat dan logam, objek dari
Tata Surya bagian dalam melingkup dekat dengan matahari,
radius dari seluruh daerah ini lebih pendek dari jarak antara Yupiter dan
Saturnus.
Planet-planet
bagian dalam

Planet-planet bagian dalam. Dari
kiri ke kanan: Merkurius, Venus, Bumi,
dan Mars (ukuran
menurut skala)
Empat planet
bagian dalam atau planet kebumian (terrestrial planet) memiliki
komposisi batuan yang padat, hampir tidak mempunyai atau tidak mempunyai
satelit dan tidak mempunyai sistem cincin. Komposisi Planet-planet ini terutama
adalah mineral bertitik leleh tinggi, seperti silikat yang membentuk kerak dan
selubung, dan logam seperti besi dan nikel yang membentuk intinya. Tiga dari
empat planet ini (Venus,
Bumi dan Mars)
memiliki atmosfer,
semuanya memiliki kawah meteor dan sifat-sifat permukaan tektonis seperti
gunung berapi dan lembah pecahan. Planet yang letaknya di antara Matahari dan
bumi (Merkurius
dan Venus)
disebut juga planet inferior.
Merkurius
Merkurius
(0,4 SA dari Matahari) adalah planet terdekat dari Matahari serta juga terkecil
(0,055 massa bumi). Merkurius tidak memiliki satelit alami dan ciri geologisnya
di samping kawah meteorid yang diketahui adalah lobed ridges atau rupes,
kemungkinan terjadi karena pengerutan pada perioda awal sejarahnya.[26]
Atmosfer Merkurius yang hampir bisa diabaikan terdiri dari atom-atom yang
terlepas dari permukaannya karena semburan angin surya.[27]
Besarnya inti besi dan tipisnya kerak Merkurius masih belum bisa dapat
diterangkan. Menurut dugaan hipotesa lapisan luar planet ini terlepas setelah
terjadi tabrakan raksasa, dan perkembangan ("akresi") penuhnya
terhambat oleh energi awal Matahari.[28][29]
Venus
Venus (0,7 SA dari
Matahari) berukuran mirip bumi (0,815 massa bumi). Dan seperti bumi, planet ini
memiliki selimut kulit silikat yang tebal dan berinti besi, atmosfernya juga
tebal dan memiliki aktivitas geologi. Akan tetapi planet ini lebih kering dari
bumi dan atmosfernya sembilan kali lebih padat dari bumi. Venus tidak memiliki
satelit. Venus adalah planet terpanas dengan suhu permukaan mencapai
400 °C, kemungkinan besar disebabkan jumlah gas rumah kaca yang terkandung
di dalam atmosfer.[30]
Sejauh ini aktivitas geologis Venus belum dideteksi, tetapi karena planet ini
tidak memiliki medan magnet yang bisa mencegah habisnya atmosfer, diduga sumber
atmosfer Venus berasal dari gunung berapi.[31]
Bumi
Bumi (1 SA dari
Matahari) adalah planet bagian dalam yang terbesar dan terpadat, satu-satunya
yang diketahui memiliki aktivitas geologi dan satu-satunya planet yang
diketahui memiliki mahluk hidup. Hidrosfer-nya yang cair adalah khas di antara
planet-planet kebumian dan juga merupakan satu-satunya planet yang diamati
memiliki lempeng tektonik. Atmosfer bumi sangat berbeda dibandingkan
planet-planet lainnya, karena dipengaruhi oleh keberadaan mahluk hidup yang
menghasilkan 21% oksigen.[32] Bumi
memiliki satu satelit,
bulan,
satu-satunya satelit besar dari planet kebumian di dalam Tata Surya.
Mars
Mars (1,5 SA dari
Matahari) berukuran lebih kecil dari bumi dan Venus (0,107 massa bumi). Planet
ini memiliki atmosfer tipis yang kandungan utamanya adalah karbon
dioksida. Permukaan Mars yang dipenuhi gunung berapi raksasa seperti Olympus
Mons dan lembah retakan seperti Valles
marineris, menunjukan aktivitas geologis yang terus terjadi sampai baru
belakangan ini. Warna merahnya berasal dari warna karat tanahnya yang kaya
besi.[33]
Mars mempunyai dua satelit alami kecil (Deimos dan Phobos) yang diduga
merupakan asteroid
yang terjebak gravitasi Mars.[34]
Sabuk
asteroid

Sabuk asteroid utama dan asteroid
Troya
Sabuk
asteroid utama terletak di antara orbit Mars dan Yupiter,
berjarak antara 2,3 dan 3,3 SA dari matahari,
diduga merupakan sisa dari bahan formasi Tata Surya yang gagal menggumpal
karena pengaruh gravitasi Yupiter.[36]
Gradasi ukuran asteroid adalah
ratusan kilometer sampai mikroskopis. Semua asteroid, kecuali Ceres yang
terbesar, diklasifikasikan sebagai benda kecil Tata Surya.
Beberapa asteroid seperti Vesta dan Hygiea
mungkin akan diklasifikasi sebagai planet
kerdil jika terbukti telah mencapai kesetimbangan
hidrostatik.[37]
Sabuk asteroid terdiri dari
beribu-ribu, mungkin jutaan objek yang berdiameter satu kilometer.[38]
Meskipun demikian, massa total dari sabuk utama ini tidaklah lebih dari
seperseribu massa bumi.[39]
Sabuk utama tidaklah rapat, kapal ruang angkasa secara rutin menerobos daerah
ini tanpa mengalami kecelakaan. Asteroid yang berdiameter antara 10 dan 10−4 m
disebut meteorid.[40]
Ceres
Ceres
Ceres (2,77
SA) adalah benda terbesar di sabuk asteroid dan diklasifikasikan sebagai planet
kerdil. Diameternya adalah sedikit kurang dari 1000 km, cukup besar untuk
memiliki gravitasi sendiri untuk menggumpal membentuk bundaran. Ceres dianggap
sebagai planet ketika ditemukan pada abad ke 19, tetapi di-reklasifikasi
menjadi asteroid pada tahun 1850an setelah observasi lebih lanjut menemukan
beberapa asteroid lagi.[41]
Ceres direklasifikasi lanjut pada tahun 2006 sebagai planet kerdil.
Kelompok
asteroid
Asteroid
pada sabuk utama dibagi menjadi kelompok dan keluarga asteroid bedasarkan
sifat-sifat orbitnya. satelit asteroid adalah asteroid yang mengedari asteroid
yang lebih besar. Mereka tidak mudah dibedakan dari satelit-satelit planet,
kadang kala hampir sebesar pasangannya. Sabuk asteroid juga memiliki komet
sabuk utama yang mungkin merupakan sumber air bumi.[42]
Asteroid-asteroid Trojan terletak di
titik L4 atau L5 Yupiter
(daerah gravitasi stabil yang berada di depan dan belakang sebuah orbit
planet), sebutan "trojan" sering digunakan untuk objek-objek kecil
pada Titik Langrange
dari sebuah planet atau satelit. Kelompok Asteroid Hilda terletak di orbit
resonansi 2:3 dari Yupiter, yang artinya kelompok ini mengedari Matahari tiga
kali untuk setiak dua edaran Yupiter.
Bagian dalam Tata Surya juga
dipenuhi oleh asteroid liar, yang banyak memotong orbit-orbit planet planet
bagian dalam.
Tata
Surya bagian luar
Pada bagian luar dari Tata Surya
terdapat gas-gas raksasa dengan satelit-satelitnya yang berukuran planet.
Banyak komet berperioda pendek termasuk beberapa Centaur, juga berorbit di
daerah ini. Badan-badan padat di daerah ini mengandung jumlah volatil
(contoh: air, amonia, metan, yang sering disebut "es" dalam
peristilahan ilmu keplanetan) yang lebih tinggi dibandingkan planet batuan di
bagian dalam Tata Surya.
Planet-planet
luar

Raksasa-raksasa gas dalam Tata Surya
dan Matahari, berdasarkan skala
Keempat planet luar, yang disebut
juga planet raksasa gas (gas giant), atau planet
jovian, secara keseluruhan mencakup 99 persen massa yang mengorbit
Matahari. Yupiter dan Saturnus sebagian besar mengandung hidrogen
dan helium;
Uranus dan Neptunus memiliki proporsi es yang lebih besar. Para astronom
mengusulkan bahwa keduanya dikategorikan sendiri sebagai raksasa es.[43]
Keempat raksasa gas ini semuanya memiliki cincin, meski hanya sistem cincin
Saturnus yang dapat dilihat dengan mudah dari bumi.
Yupiter
Yupiter (5,2 SA),
dengan 318 kali massa bumi, adalah 2,5 kali massa dari gabungan seluruh planet
lainnya. Kandungan utamanya adalah hidrogen dan helium. Sumber
panas di dalam Yupiter menyebabkan timbulnya beberapa ciri semi-permanen pada
atmosfernya, sebagai contoh pita pita awan dan Bintik Merah Raksasa. Sejauh yang diketahui
Yupiter memiliki 63 satelit. Empat yang terbesar, Ganymede, Callisto, Io, dan Europa menampakan kemiripan dengan planet
kebumian, seperti gunung berapi dan inti yang panas.[44]
Ganymede, yang merupakan satelit terbesar di Tata Surya, berukuran lebih besar
dari Merkurius.
Saturnus
Saturnus (9,5
SA) yang dikenal dengan sistem cincinnya, memiliki beberapa kesamaan dengan
Yupiter, sebagai contoh komposisi atmosfernya. Meskipun Saturnus hanya sebesar
60% volume Yupiter, planet ini hanya seberat kurang dari sepertiga Yupiter atau
95 kali massa bumi, membuat planet ini sebuah planet yang paling tidak padat di
Tata Surya. Saturnus memiliki 60 satelit yang diketahui sejauh ini (dan 3 yang
belum dipastikan) dua di antaranya Titan dan Enceladus, menunjukan activitas geologis, meski hampir
terdiri hanya dari es saja.[45]
Titan berukuran lebih besar dari Merkurius dan
merupakan satu-satunya satelit di Tata Surya yang memiliki atmosfer yang cukup
berarti.
Uranus
Uranus (19,6 SA)
yang memiliki 14 kali massa bumi, adalah planet yang paling ringan di antara
planet-planet luar. Planet ini memiliki kelainan ciri orbit. Uranus mengedari
Matahari dengan bujkuran poros 90 derajat pada ekliptika.
Planet ini memiliki inti yang sangat dingin dibandingkan gas raksasa lainnya
dan hanya sedikit memancarkan energi panas.[46]
Uranus memiliki 27 satelit yang diketahui, yang terbesar adalah Titania,
Oberon, Umbriel, Ariel dan Miranda.
Neptunus
Neptunus (30
SA) meskipun sedikit lebih kecil dari Uranus, memiliki 17 kali massa bumi,
sehingga membuatnya lebih padat. Planet ini memancarkan panas dari dalam tetapi
tidak sebanyak Yupiter atau Saturnus.[47]
Neptunus memiliki 13 satelit yang diketahui. Yang terbesar, Triton, geologinya
aktif, dan memiliki geyser nitrogen cair.[48]
Triton adalah satu-satunya satelit besar yang orbitnya terbalik arah (retrogade).
Neptunus juga didampingi beberapa planet minor pada orbitnya, yang disebut
Trojan Neptunus. Benda-benda ini memiliki resonansi 1:1 dengan Neptunus.
Komet

Komet Hale-Bopp
Komet adalah
badan Tata Surya kecil, biasanya hanya berukuran beberapa kilometer, dan
terbuat dari es volatil.
Badan-badan ini memiliki eksentrisitas orbit tinggi, secara umum perihelion-nya
terletak di planet-planet bagian dalam dan letak aphelion-nya
lebih jauh dari Pluto.
Saat sebuah komet memasuki Tata Surya bagian dalam, dekatnya jarak dari
Matahari menyebabkan permukaan esnya bersumblimasi dan berionisasi, yang
menghasilkan koma, ekor gas dan debu panjang, yang sering dapat dilihat dengan
mata telanjang.
Komet berperioda pendek memiliki
kelangsungan orbit kurang dari dua ratus tahun. Sedangkan komet berperioda
panjang memiliki orbit yang berlangsung ribuan tahun. Komet berperioda pendek
dipercaya berasal dari Sabuk Kuiper, sedangkan komet
berperioda panjang, seperti Hale-bopp,
berasal dari Awan
Oort. Banyak kelompok komet, seperti Kreutz Sungrazers,
terbentuk dari pecahan sebuah induk tunggal.[49]
Sebagian komet berorbit hiperbolik mungking berasal dari luar Tata Surya,
tetapi menentukan jalur orbitnya secara pasti sangatlah sulit.[50]
Komet tua yang bahan volatilesnya telah habis karena panas Matahari sering
dikategorikan sebagai asteroid.[51]
Centaur
Centaur adalah benda-benda es mirip
komet yang poros semi-majornya lebih besar dari Yupiter
(5,5 SA) dan lebih kecil dari Neptunus (30 SA). Centaur terbesar yang diketahui
adalah, 10199 Chariklo,
berdiameter 250 km.[52]
Centaur temuan pertama, 2060 Chiron,
juga diklasifikasikan sebagai komet (95P) karena memiliki koma sama seperti
komet kalau mendekati Matahari.[53]
Beberapa astronom mengklasifikasikan Centaurs sebagai objek
sabuk Kuiper sebaran-ke-dalam (inward-scattered Kuiper belt
objects), seiring dengan sebaran keluar yang bertempat di piringan
tersebar (outward-scattered residents of the scattered disc).[54]
Daerah
trans-Neptunus
Plot seluruh objek sabuk
Kuiper
Diagram yang menunjukkan pembagian
sabuk Kuiper
Daerah yang terletak jauh melampaui
Neptunus, atau daerah trans-Neptunus, sebagian besar belum dieksplorasi.
Menurut dugaan daerah ini sebagian besar terdiri dari dunia-dunia kecil (yang
terbesar memiliki diameter seperlima bumi dan bermassa jauh lebih kecil dari
bulan) dan terutama mengandung batu dan es. Daerah ini juga dikenal sebagai daerah luar Tata Surya,
meskipun berbagai orang menggunakan istilah ini untuk daerah yang terletak
melebihi sabuk asteroid.
Sabuk
Kuiper

Sabuk Kuiper adalah sebuah cincin
raksasa mirip dengan sabuk asteroid, tetapi komposisi utamanya adalah es. Sabuk
ini terletak antara 30 dan 50 SA, dan terdiri dari benda kecil Tata Surya. Meski
demikian, beberapa objek Kuiper yang terbesar, seperti Quaoar, Varuna,
dan Orcus,
mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet
kerdil. Para ilmuwan memperkirakan terdapat sekitar 100.000 objek
Sabuk Kuiper yang berdiameter lebih dari 50 km, tetapi diperkirakan massa
total Sabuk Kuiper hanya sepersepuluh massa bumi.[55]
Banyak objek Kuiper memiliki satelit ganda dan kebanyakan memiliki orbit di
luar bidang eliptika.
Sabuk Kuiper secara kasar bisa
dibagi menjadi "sabuk klasik" dan resonansi. Resonansi adalah orbit
yang terkait pada Neptunus (contoh: dua orbit untuk setiap tiga orbit Neptunus
atau satu untuk setiap dua). Resonansi yang pertama bermula pada Neptunus
sendiri. Sabuk klasik terdiri dari objek yang tidak memiliki resonansi dengan
Neptunus, dan terletak sekitar 39,4 SA sampai 47,7 SA.[56]
Anggota dari sabuk klasik diklasifikasikan sebagai cubewanos, setelah
anggota jenis pertamanya ditemukan (15760) 1992QB1 [57]
Pluto
dan Charon
Pluto dan ketiga
satelitnya
Pluto
(rata-rata 39 SA), sebuah planet kerdil, adalah objek terbesar sejauh ini di
Sabuk Kuiper. Ketika ditemukan pada tahun 1930, benda ini dianggap sebagai
planet yang kesembilan, definisi ini diganti pada tahun 2006 dengan diangkatnya
definisi formal planet. Pluto memiliki kemiringan orbit cukup eksentrik (17
derajat dari bidang ekliptika) dan berjarak 29,7 SA dari Matahari pada titik
prihelion (sejarak orbit Neptunus) sampai 49,5 SA pada titik aphelion.
Tidak jelas apakah Charon,
satelit Pluto yang terbesar, akan terus diklasifikasikan sebagai satelit atau
menjadi sebuah planet kerdil juga. Pluto dan Charon, keduanya mengedari titik barycenter
gravitasi di atas permukaannya, yang membuat Pluto-Charon sebuah sistem ganda.
Dua satelit yang jauh lebih kecil Nix dan Hydra juga mengedari Pluto dan
Charon. Pluto terletak pada sabuk resonan dan memiliki 3:2 resonansi dengan
Neptunus, yang berarti Pluto mengedari Matahari dua kali untuk setiap tiga
edaran Neptunus. Objek sabuk Kuiper yang orbitnya memiliki resonansi yang sama
disebut plutino.[58]
Haumea
dan Makemake
Haumea
(rata-rata 43,34 SA) dan Makemake (rata-rata 45,79 SA)
adalah dua objek terbesar sejauh ini di dalam sabuk Kuiper klasik. Haumea
adalah sebuah objek berbentuk telur dan memiliki dua satelit. Makemake adalah
objek paling cemerlang di sabuk Kuiper setelah Pluto. Pada awalnya dinamai 2003
EL61 dan 2005 FY9, pada tahun 2008 diberi nama dan status
sebagai planet kerdil. Orbit keduanya berinklinasi jauh lebih membujur dari
Pluto (28° dan 29°) [59]
dan lain seperti Pluto,
keduanya tidak dipengaruhi oleh Neptunus, sebagai bagian dari
kelompok Objek Sabuk Kuiper klasik.
Piringan
tersebar

Hitam: tersebar; biru: klasik;
hijau: resonan
Eris dan satelitnya Dysnomia
Piringan
tersebar (scattered disc) berpotongan dengan sabuk Kuiper dan
menyebar keluar jauh lebih luas. Daerah ini diduga merupakan sumber komet
berperioda pendek. Objek piringan tersebar diduga terlempar ke orbit yang tidak
menentu karena pengaruh gravitasi dari gerakan migrasi awal Neptunus.
Kebanyakan objek
piringan tersebar (scattered disc objects, atau SDO) memiliki
perihelion di dalam sabuk Kuiper dan apehelion hampir sejauh 150 SA dari
Matahari. Orbit OPT juga memiliki inklinasi tinggi pada bidang ekliptika dan
sering hampir bersudut siku-siku. Beberapa astronom menggolongkan piringan
tersebar hanya sebagai bagian dari sabuk Kuiper dan menjuluki piringan tersebar
sebagai "objek sabuk Kuiper tersebar" (scattered Kuiper belt
objects).[60]
Eris
Eris (rata-rata
68 SA) adalah objek piringan tersebar terbesar sejauh ini dan menyebabkan
mulainya debat tentang definisi planet, karena Eris hanya 5%lebih besar dari
Pluto dan memiliki perkiraan diameter sekitar 2.400 km. Eris adalah planet
kerdil terbesar yang diketahui dan memiliki satu satelit, Dysnomia.[61]
Seperti Pluto, orbitnya memiliki eksentrisitas tinggi, dengan titik perihelion
38,2 SA (mirip jarak Pluto ke Matahari) dan titik aphelion 97,6 SA dengan
bidang ekliptika sangat membujur.
Daerah
terjauh
Titik tempat Tata Surya berakhir dan
ruang antar bintang mulai tidaklah persis terdefinisi. Batasan-batasan luar ini
terbentuk dari dua gaya tekan yang terpisah: angin surya dan gravitasi
Matahari. Batasan terjauh pengaruh angin surya kira kira berjarak empat kali
jarak Pluto dan Matahari. Heliopause ini disebut sebagai titik permulaan
medium antar bintang. Akan tetapi Bola Roche Matahari,
jarak efektif pengaruh gravitasi Matahari, diperkirakan mencakup sekitar seribu
kali lebih jauh.
Heliopause
Voyager
memasuki heliosheath
Heliopause dibagi menjadi dua bagian terpisah. Awan angin yang
bergerak pada kecepatan 400 km/detik sampai menabrak plasma dari medium
ruang antarbintang. Tabrakan ini terjadi pada benturan terminasi yang kira kira
terletak di 80-100 SA dari Matahari pada daerah lawan angin dan sekitar 200 SA
dari Matahari pada daerah searah jurusan angin. Kemudian angin melambat
dramatis, memampat dan berubah menjadi kencang, membentuk struktur oval yang
dikenal sebagai heliosheath, dengan
kelakuan mirip seperti ekor komet, mengulur keluar sejauh 40 SA di bagian arah
lawan angin dan berkali-kali lipat lebih jauh pada sebelah lainnya. Voyager 1
dan Voyager 2 dilaporkan telah menembus benturan terminasi ini dan memasuki heliosheath,
pada jarak 94 dan 84 SA dari Matahari. Batasan luar dari heliosfer, heliopause,
adalah titik tempat angin surya berhenti dan ruang antar bintang bermula.
Bentuk dari ujung luar heliosfer
kemungkinan dipengaruhi dari dinamika fluida dari interaksi medium antar
bintang dan juga medan magnet Matahari yang mengarah di sebelah selatan
(sehingga memberi bentuk tumpul pada hemisfer utara dengan jarak 9 SA, dan
lebih jauh daripada hemisfer selatan. Selebih dari heliopause, pada
jarak sekitar 230 SA, terdapat benturan busur, jaluran ombak plasma yang
ditinggalkan Matahari seiring edarannya berkeliling di Bima Sakti.
Sejauh ini belum ada kapal luar
angkasa yang melewati heliopause, sehingga tidaklah mungkin mengetahui
kondisi ruang antar bintang lokal dengan pasti. Diharapkan satelit NASA voyager
akan menembus heliopause pada sekitar dekade yang akan datang dan
mengirim kembali data tingkat radiasi dan angin surya. Dalam pada itu, sebuah
tim yang dibiayai NASA telah mengembangkan konsep "Vision Mission"
yang akan khusus mengirimkan satelit penjajak ke heliosfer.
Awan
Oort

Gambaran seorang artis tentang Awan Oort
Secara hipotesa, Awan
Oort adalah sebuah massa berukuran raksasa yang terdiri dari
bertrilyun-trilyun objek es, dipercaya merupakan sumber komet berperioda
panjang. Awan ini menyelubungi matahari pada jarak sekitar
50.000 SA (sekitar 1 tahun cahaya) sampai sejauh 100.000 SA (1,87 tahun
cahaya). Daerah ini dipercaya mengandung komet yang
terlempar dari bagian dalam Tata Surya karena interaksi dengan planet-planet
bagian luar. Objek Awan Oort bergerak sangat lambat dan bisa digoncangkan oleh
situasi-situasi langka seperti tabrakan, effek gravitasi dari laluan bintang,
atau gaya pasang galaksi, gaya pasang yang didorong Bima
Sakti.[62][63]
Sedna
Foto teleskop Sedna
90377 Sedna (rata-rata 525,86 SA)
adalah sebuah benda kemerahan mirip Pluto dengan orbit raksasa yang sangat
eliptis, sekitar 76 SA pada perihelion dan 928 SA pada aphelion dan berjangka
orbit 12.050 tahun. Mike Brown, penemu objek ini pada tahun 2003, menegaskan
bahwa Sedna tidak merupakan bagian dari piringan
tersebar ataupun sabuk Kuiper karena perihelionnya terlalu jauh dari
pengaruh migrasi Neptunus. Dia dan beberapa astronom lainnya berpendapat bahwa
Sedna adalah objek pertama dari sebuah kelompok baru, yang mungkin juga
mencakup 2000 CR105. Sebuah benda bertitik perihelion pada 45 SA, aphelion pada
415 SA, dan berjangka orbit 3.420 tahun. Brown menjuluki kelompok ini
"Awan Oort bagian dalam", karena mungkin terbentuk melalui proses
yang mirip, meski jauh lebih dekat ke Matahari. Kemungkinan besar Sedna adalah
sebuah planet kerdil, meski bentuk kebulatannya masih harus ditentukan dengan
pasti.
Batasan-batasan
Lihat pula: Planet X
Banyak hal dari Tata Surya kita yang
masih belum diketahui. Medan gravitasi Matahari diperkirakan mendominasi gaya
gravitasi bintang-bintang sekeliling sejauh dua tahun cahaya (125.000 SA).
Perkiraan bawah radius Awan Oort, di sisi lain, tidak lebih besar dari 50.000
SA.[64]
Sekalipun Sedna telah ditemukan, daerah antara Sabuk
Kuiper dan Awan Oort, sebuah daerah yang
memiliki radius puluhan ribu SA, bisa dikatakan belum dipetakan. Selain itu,
juga ada studi yang sedang berjalan, yang mempelajari daerah antara Merkurius
dan matahari.[65]
Objek-objek baru mungkin masih akan ditemukan di daerah yang belum dipetakan.
Dimensi
Perbandingan beberapa ukuran penting
planet-planet:
Karakteristik
|
||||||||
Jarak orbit (juta km) (SA)
|
57,91
(0,39)
|
108,21
(0,72)
|
149,60
(1,00)
|
227,94
(1,52)
|
778,41
(5,20)
|
1.426,72
(9,54)
|
2.870,97
(19,19)
|
4.498,25
(30,07)
|
Waktu edaran (tahun)
|
0,24
(88 hari)
|
0,62
(224 hari)
|
1,00
|
1,88
|
11,86
|
29,45
|
84,02
|
164,79
|
Jangka rotasi
|
58,65
hari
|
243,02
hari
|
23
jam 56 menit
|
24
jam 37 menit
|
9
jam 55 menit
|
10
jam 47 menit
|
17
jam 14 menit
|
16
jam 7 menit
|
Eksentrisitas edaran
|
0,206
|
0,007
|
0,017
|
0,093
|
0,048
|
0,054
|
0,047
|
0,009
|
Sudut inklinasi orbit (°)
|
7,00
|
3,39
|
0,00
|
1,85
|
1,31
|
2,48
|
0,77
|
1,77
|
Sudut inklinasi ekuator
terhadap orbit (°)
|
0,00
|
177,36
|
23,45
|
25,19
|
3,12
|
26,73
|
97,86
|
29,58
|
Diameter ekuator (km)
|
4.879
|
12.104
|
12.756
|
6.805
|
142.984
|
120.536
|
51.118
|
49.528
|
Massa (dibanding Bumi)
|
0,06
|
0,81
|
1,00
|
0,15
|
317,8
|
95,2
|
14,5
|
17,1
|
Kepadatan menengah (g/cm³)
|
5,43
|
5,24
|
5,52
|
3,93
|
1,33
|
0,69
|
1,27
|
1,64
|
Suhu permukaan
min. menengah maks. |
-173 °C
+167 °C
+427 °C
|
+437 °C
+464 °C
+497 °C
|
-89 °C
+15 °C
+58 °C
|
-133 °C
-55 °C
+27 °C
|
-108 °C
|
-139 °C
|
-197 °C
|
-201 °C
|
Konteks
galaksi
Lokasi Tata Surya di dalam galaksi
Bima Sakti
Lukisan artis dari Gelembung
Lokal
Tata Surya terletak di galaksi Bima
Sakti, sebuah galaksi spiral yang
berdiameter sekitar 100.000 tahun cahaya dan memiliki sekitar 200 milyar bintang.[66]
Matahari berlokasi di salah satu lengan spiral galaksi yang disebut Lengan
Orion.[67]
Letak Matahari
berjarak antara 25.000 dan 28.000 tahun cahaya dari pusat galaksi, dengan
kecepatan orbit mengelilingi pusat galaksi sekitar 2.200 kilometer per detik.
Setiap revolusinya berjangka 225-250
juta tahun. Waktu revolusi ini dikenal sebagai tahun galaksi Tata Surya.[68]
Apex Matahari, arah jalur Matahari di ruang semesta, dekat letaknya dengan rasi bintang Herkules terarah
pada posisi akhir bintang Vega.[69]
Lokasi Tata Surya di dalam galaksi
berperan penting dalam evolusi kehidupan di Bumi. Bentuk
orbit bumi adalah mirip lingkaran dengan kecepatan hampir sama dengan lengan
spiral galaksi, karenanya bumi sangat jarang menerobos jalur lengan. Lengan
spiral galaksi memiliki konsentrasi supernova tinggi yang berpotensi bahaya
sangat besar terhadap kehidupan di Bumi. Situasi ini memberi Bumi jangka
stabilitas yang panjang yang memungkinkan evolusi kehidupan.[70]
Tata Surya terletak jauh dari daerah
padat bintang di pusat galaksi. Di daerah pusat, tarikan gravitasi
bintang-bintang yang berdekatan bisa menggoyang benda-benda di Awan
Oort dan menembakan komet-komet ke bagian dalam Tata Surya. Ini bisa
menghasilkan potensi tabrakan yang merusak kehidupan di Bumi.
Intensitas radiasi dari pusat
galaksi juga memengaruhi perkembangan bentuk hidup tingkat tinggi. Walaupun
demikian, para ilmuwan berhipotesa bahwa pada lokasi Tata Surya sekarang ini supernova
telah memengaruhi kehidupan di Bumi pada 35.000 tahun terakhir dengan
melemparkan pecahan-pecahan inti bintang ke arah Matahari dalam bentuk debu
radiasi atau bahan yang lebih besar lainnya, seperti berbagai benda mirip komet.[71]
Daerah
lingkungan sekitar
Lingkungan galaksi terdekat dari
Tata Surya adalah sesuatu yang dinamai Awan Antarbintang Lokal (Local
Interstellar Cloud, atau Local Fluff), yaitu wilayah berawan tebal
yang dikenal dengan nama Gelembung Lokal (Local
Bubble), yang terletak di tengah-tengah wilayah yang jarang. Gelembung
Lokal ini berbentuk rongga mirip jam pasir yang terdapat pada medium
antarbintang, dan berukuran sekitar 300 tahun cahaya. Gelembung ini penuh
ditebari plasma
bersuhu tinggi yang mungkin berasal dari beberapa supernova yang belum lama
terjadi.[72]
Di dalam jarak sepuluh tahun cahaya
(95 triliun km) dari Matahari, jumlah bintang relatif sedikit. Bintang yang
terdekat adalah sistem kembar tiga Alpha
Centauri, yang berjarak 4,4 tahun cahaya. Alpha Centauri A dan B
merupakan bintang ganda mirip dengan Matahari, sedangkan Centauri C adalah
kerdil merah (disebut juga Proxima
Centauri) yang mengedari kembaran ganda pertama pada jarak 0,2 tahun
cahaya.
Bintang-bintang terdekat berikutnya
adalah sebuah kerdil merah yang dinamai Bintang
Barnard (5,9 tahun cahaya), Wolf 359
(7,8 tahun cahaya) dan Lalande 21185
(8,3 tahun cahaya). Bintang terbesar dalam jarak sepuluh tahun cahaya adalah Sirius,
sebuah bintang cemerlang dikategori 'urutan utama' kira-kira bermassa dua kali
massa Matahari, dan dikelilingi oleh sebuah kerdil putih bernama Sirius B.
Keduanya berjarak 8,6 tahun cahaya. Sisa sistem selebihnya yang terletak di
dalam jarak 10 tahun cahaya adalah sistem bintang ganda kerdil merah Luyten 726-8
(8,7 tahun cahaya) dan sebuah kerdial merah bernama Ross 154
(9,7 tahun cahaya).[73]
Bintang tunggal terdekat yang mirip
Matahari adalah Tau Ceti,
yang terletak 11,9 tahun cahaya. Bintang ini kira-kira berukuran 80% berat
Matahari, tetapi kecemerlangannya (luminositas)
hanya 60%.[74]
Planet luar Tata Surya terdekat dari Matahari, yang diketahui sejauh ini adalah
di bintang Epsilon Eridani, sebuah
bintang yang sedikit lebih pudar dan lebih merah dibandingkan mathari. Letaknya
sekitar 10,5 tahun cahaya. Planet bintang ini yang sudah dipastikan, bernama Epsilon
Eridani b, kurang lebih berukuran 1,5 kali massa Yupiter
dan mengelilingi induk bintangnya dengan jarak 6,9 tahun cahaya.[75]
No comments:
Post a Comment